Lelakijelata.blogspot.co.id - Assalamu'alaykum Warahmatullah, diantara kita sering mendengar slogan “Pengalaman adalah guru yang terbaik“, Yaps
ungkapan semboyan yang sering kita dengar dan mungkin kita memahami secara
makna saja, namun bagaimana jika kita balik menjadi “guru adalah pengalaman
yang terbaik”, dan bagaimana masalah pepatah “Guru kencing berdiri dan murid
kencing berlari”. Bagaimana reprensentatifnya? Bagaimana bisa menjadi
seorang guru adalah pengalaman yang terbaik?
Guru
jika di kategorikan secara makhluk merupakan seseorang yang telah mengajarkan
ilmunya untuk kebaikan. Dan tidak bisa disebut seorang guru jika mengajarkan
perbuatan yang buruk. Guru sendiri harus di kategorikan dalam rumpun ilmu
tersendiri, misalnya guru matematika, guru ekonomi, guru fisika, guru komputer,
dsb. Hal yang musti di cermati adalah, jarang dan bahkan di temui guru all
pelajaran seperti, guru matematika merangkap sebagai guru biologi dan geografi.
Karena
terkadang “harga diri” seorang guru harusnya dibentuk dari konsentrasi dia pada
sebuah ilmu. Misalnya kita ambil contoh, “Saya sebagai guru ekonomi tapi saya
juga bisa mengajar komputer.” Ada yang aneh dari kalimat di atas? Iya jika kita
kritisi, orang tersebut sebenarnya ahli di bidang apa sih? Masa bisa mengajar
dua ilmu tersebut? Walau memang bisa mengajar dua ilmu tersebut, tapi bukankah
lebih baik kita di kenal sebagai satu keahlian saja? Kenapa? Karena pengakuan kata
“guru” lebih dominan pada satu jenis keahlian saja, bukan lebih, walau memang
seseorang bisa saja memiliki dua rumpun kelilmuan atau lebih dari itu. Misalnya
“saya ahli dalam bidang ekonomi dan saya bisa mengajar pelajaran tentang
keekonomian.” Layakkah di sebut guru? Iya memang sangat layak. Karena seseorang
tersebut memang ahli di bidang tersebut. Itulah mengapa istilah guru hanya
terbatas pada ilmu yang kita tekuni.
Untuk
menjadi seorang guru maka, ada beberapa hal yang musti di lakukan, bukan hanya
sekedar “bisa” mengajar saja. Pertama, mencintai muridnya seperti mencintai
anak kandungnya sendiri. Tantangan pertama, apakah kita bisa merasakan bahwa
anak murid kita adalah anak kita sendiri? Jika bisa, maka pengalaman menjadi
seorang pendidik yang baik dapat tercapai. Kedua, aspek sikap dan perilaku,
aspek minat, perhatian dan tanggung jawab terhadap proses pembelajaran, aspek
kecakapan dan keterampilan mengajar, dan aspek ilmiah sekaligus cinta kepada
kebenaran.
Tantangan
kedua ini yang paling berat, tak heran ada isitilah “Guru kencing berdiri, maka
murid kencing berlari”, Guru punya tanggung jawab lebih berat terhadap sikap,
kadang guru tidak bisa memiliki sikap “bebas” dibandingkan dengan profesi yang
lain. Karena seorang guru selalu di kenal sebagai guru dimanapun dirinya
berada, walaupun guru tersebut berada di sebuah Mall.
Ada
kalimat yang lucu ketika seorang guru di katakan seperti ini, “Anda kan guru
kenapa sikapnya kayak anak kecil sih?” Justru ada moment yang dimana
“ketidakbebasan” seorang guru mencapai limitnya, maka dari itu jangan heran
guru pun seperti anak kecil yang kadang pengen di manja dengan orang lain
bahkan muridnya sendiri. Manja disini adalah ingin dipedulikan, ingin di
perhatikan. Karena seorang guru adalah manusia, maka dari itu perilaku guru
tidak terbatas pada aturan rules “guru” itu sendiri, namun lebih jauh melihat
kedalam, guru pun seperti anak-anak yang senang bercanda dengan muridnya,
kecuali guru killer :D
Thanks
for reading and sharing, semoga bermanfaat
Wassalamualaykum
Warahmatullah
-----------------
Written By : Muhammad Faisal Aulia
Contact : faisaulia@gmail.com